SEA
Games 2011 yang berlangsung pada 11-22 Nopember 2011 berakhir sudah, para
atlet, pelatih, dan official telah kembali ke negara asal masing-masing dengan
membawa sejumlah kenangan. Upacara pembukaan dan penutupan SEA Games 2011
berlangsung meriah di Stadion Sriwijaya, Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang memupus
nada-nada sumbang mengenai berantakannya persiapan menjelang pesta olahraga dua
tahunan itu. Sebagai tuan rumah, Indonesia hingga hari terakhir pertandingan meraih 182 medali emas-117 perak,
dan 143 perunggu. Jumlah yang jauh meninggalkan Vietnam
dan Thailand , apalagi Malaysia .. Thailand hanya
mengumpulkan 109 emas, 100 perak, dan 120 perunggu.
Acara
yang menghabiskan biaya Rp165 miliar itu, mendatangkan kekaguman puluhan ribu
penonton yang menyaksikan langsung di stadion dan jutaan lainnya melalui layar
televisi. Bahkan banyak yang menyatakan keyakinan bahwa upacara pembukaan yang
megah dan spektakuler tersebut adalah yang terbaik sepanjang sejarah SEA
Games yang secara resmi dimulai sejak 1977 itu.
Upacara
pembukaan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan ditutup wakil
presiden Budiono. Upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2008 yang berlangsung
spektakuler di Stadion Sarang Burung (Bird Nest).
Kecemasan
yang sempat melanda akibat kalau balaunya pembangunan berbagai sarana
pertandingan, terutama di Palembang
akibat kasus korupsi Wisma Atlet di Kompleks Olahraga Jakabaring, secara
perlahan mulai sirna dan berganti harapan agar para duta olahraga sukses
mengukir prestasi.
Meski
masih terdapat banyak kendala di arena pertandingan seperti jadwal yang
berubah-ubah dan tidak sesuai dengan program yang telah dikeluarkan maupun
susahnya sarana transportasi, secara umum pelaksanaan pertandingan masih berada
dalam jalur yang benar.
Sebagai
tuan rumah, Indonesia
hingga hari terakhir pertandingan meraih
182 medali emas-117 perak, dan 143 perunggu. Jumlah yang jauh meninggalkan Vietnam dan Thailand ,
apalagi Malaysia ..
Thailand
hanya mengumpulkan 109 emas, 100 perak, dan 120 perunggu.
Karate
menjadi tambang emas terbesar dengan menyumbang delapan emas, disusul kano dan sepatu roda yang
masing-masing meraih enam emas.
Bagi
Indonesia ,
menjadi pengumpul medali terbanyak untuk mewujudkan ambisi juara umum nampaknya
sudah menjadi sebuah keharusan. Sejak SEA Games 1997 di Jakarta, juara umum terus menjauh
dari genggaman Indonesia .
Yang
terburuk dalam sejarah adalah pada SEA Games 2005 di Filipina ketika Indonesia
terpuruk di peringkat kelima, meski kemudian secara perlahan peringkat tersebut
mulai membaik menjadi keempat di SEA Games 2007 Thailand dan peringkat ketiga
di Laos pada 2009.
Harapan
masyarakat untuk melihat Indonesia kembali berjaya di pesta olahraga terbesar
di Asia Tenggara itu semakin besar ketika Palembang dan Jakarta ditetapkan
sebagai tuan rumah dan penunjukan ibukota Sumatera Selatan tersebut merupakan
sebuah terobosan baru karena pesta dua tahunan belum pernah digelar di luar
Jakarta.
Sejak
SEA Games 1995 di Chiang Mai, kecuali SEA Games 1999 di Brunei dan SEA Games
2009 di Laos, negara tuan rumah selalu menjadi juara umum dan pada SEA Games
kali ini, Indonesia pun berambisi untuk merebut gelar juara umum yang lepas
dari genggaman sejak 1999.
Untuk
mewujudkan ambisi tersebut, Indonesia
menargetkan untuk merebut setidaknya 150 medali emas dari total 545 nomor yang
dipertandingkan.
Prestise
Dalam perjalanannya, SEA Games tidak lagi sekedar sebuah perhelatan olahraga dua tahunan yang bertujuan untuk mempererat kerja sama, pemahaman dan hubungan antar negara di kawasan Asia Tenggara. Pesta olahraga tersebut kemudian berkembang menjadi ajang pertaruhan gengsi sebuah bangsa negara.
Dalam perjalanannya, SEA Games tidak lagi sekedar sebuah perhelatan olahraga dua tahunan yang bertujuan untuk mempererat kerja sama, pemahaman dan hubungan antar negara di kawasan Asia Tenggara. Pesta olahraga tersebut kemudian berkembang menjadi ajang pertaruhan gengsi sebuah bangsa negara.
"Hanya
ada dua acara dimana bendera sebuah negara dikibarkan dan lagu kebangsaan
diperdengarkan di luar negeri, yaitu saat kunjungan kenegaraan kepala negara
dan saat atlet meraih medali medali emas," demikian ucapan yang sering
didengungkan oleh mantan Menpora Adhyaksa Dault di berbagai kesempatan.
Adhyaksa
sempat merasa terpukul ketika di saat ia menjadi penanggung jawab prestasi
olahraga nasional, Indonesia
justru terpuruk di peringkat kelima di SEA Games 2005 di Filipina. Akibatnya,
ia kemudian segera melakukan pembenahan dengan membentuk Satgas Pelatnas
menghadapi SEA Games 2007 di Thailand dengan hasil, peringkat Indonesia kembali
merangkak naik meski hanya satu tingkat.
Di
masa Menpora Andi Mallarangeng, Indonesia sudah bertekad untuk mengembalikan
kejayaan di SEA Games dan sukses sebagai SEA Games 2011 adalah sebuah
keharusan, selain sukses sebagai penyelenggara.
Berdasarkan
pengalamanan dalam beberapa kali penyelenggaraan
SEA Games, tuan rumah
selalu menempuh berbagai cara agar menjadi pengumpul medali emas terbanyak.
Kecenderungan
tuan rumah untuk memanfaatkan segala cara demi untuk meraup medali emas
sebanyak-banyak sempat menjadi keprihatinan sesama negara anggota yang
tergabung dalam Federasi
SEA Games.
Ketika
Vietnam menjadi tuan rumah
SEA Games 2003, Dewan
Federasi SEA
Games dalam pertemuan mereka sepakat untuk menata kembali cabang-cabang yang
dipertandingkan dengan memprioritaskan pada yang dipertandingkan di Olimpiade,
yaitu 28 cabang.
Namun
tarik menarik kepentingan dan desakan dari berbagai pihak, kesepakatan tersebut
tidak kunjung bisa dilaksanakan.
Setelah
di SEA Games 2009 Laos yang hanya mempertandingkan 25 cabang olahraga, SEA
Games 2011 kali "jor-joran" dengan menggelar 44 cabang olahraga untuk
memperebutkan total 545 medali emas.
Diantara
cabang olahraga yang untuk pertama kali dipertandingkan adalah sepatu roda,
panjat tebing dan vovinam (olahraga tradisional asal Vietnam ). Cabang lain yang selama
ini hampir tidak pernah dipertandingkan di tingkat SEA Games adalah ski air,
paragliding dan kempo.
Banyak
pihak yang menduga bahwa masuknya cabang yang non-Olimpiade dan bahkan juga
non-Asian Games tersebut sebagai akal-akalan tuan rumah Indonesia untuk
meraup medali emas sebanyak-banyak sebagai penutup kelemahan di cabang olahraga
terukur, terutama renang.
Dugaan
tersebut setidaknya sudah terbukti di cabang sepatu roda karena Indonesia
langsung melakukan aksi sapu bersih delapan medali emas pada dua hari
pertandingan.
Selama
tidak ada pembatasan jumlah cabang olahraga yang mengacu kepada cabang di
Olimpiade, akal-akalan tuan rumah untuk menjadi pengumpulkan medali terbanyak
akan terus terjadi. Akibatnya, pesta olahraga tersebut hanya sekedar ajang adu
prestise, bukan prestasi.
KLASEMEN
PEROLEHAN MEDALI
1. Indonesia (182-117-143)
2. Thailan (109-100-120)
3. Vietnam (96-92-100)
4. Malaysia (59-50-81)
5. Singapura (42-45-73)
6. Philipina (36-56-77)
7. Myanmar (16-27-37)
8. Laos
FDR (9-12-36)
9. Kamboja (4-11-24)
10. Timor Leste
(1-1-6)
11. Brunei Darussalam (0-4-7)